Banyak kisah dalam dunia teknologi informasi, software yang telah melalui proses sekian lama batal digunakan. Penyebabnya beragam mulai dari resistensi atau penolakan yang tinggi dari calon pengguna, software tersebut tidak dapat diintegrasikan dengan sistem yang telah ada hingga tidak memenuhi kebutuhan pengguna yang telah disepakati. Dari kisah kegagalan inilah tahapan untuk melakukan analisis software dianggap penting.
Tugas Analis Sistem
Orang yang bertugas melakukan analisis software dikenal dengan analis sistem (system analyst). Perannya ibarat penerjemah, menerjemahkan kebutuhan bisnis menjadi diagram-diagram atau model yang dipahami oleh desainer sistem (system designer) dan programmer.
Bersama-sama dengan manajer proyek (project manager), analis sistem menggali apa saja fitur-fitur atau fungsi yang diperlukan oleh klien untuk membantu operasional perusahaannya. Ia mencari informasi proses bisnis apa saja yang akan berkaitan dengan software tersebut, siapa saja calon penggunanya, sistem dan teknologi apa saja yang telah berjalan di perusahaan tersebut dan isu teknologi yang akan digunakan oleh perusahaan tersebut. Hasil dari analisnya ini berupa proposal sistem (system proposal).
Diagram-Diagram yang Dihasilkan Analis Sistem
Saat ini software aplikasi untuk membantu proses analisis cukup banyak tersedia di pasaran, mulai dari yang komersial hingga open source (gratis dan bisa dikembangkan sendiri). Dengan software aplikasi ini analis dapat menggambarkan hubungan aktor (para pengguna) dan fungsi-fungsi dalam software yang akan dibuat. Hubungan ini lazim disebut diagram use-case.
Diagram berikutnya yang perlu dibuat yaitu diagram yang menggambarkan proses bisnis. Diagram ini dikenal dengan istilah diagram aktivitas (activity diagram). Semakin detail diagram aktivitas yang dibuat analis akan memudahkan programmer dan penguji (tester) nantinya.
Selanjutnya, analis software harus mendeskripsikan tiap use-case, mulai dari kondisi awal, prasayarat, urutan proses, hingga berbagai skenario apabila suatu proses bercabang atau gagal. Misalnya, apabila pengguna gagal melakukan login maka sistem kembali ke halaman utama.
Tugas sistem analis tidak berhenti di sini. Ia menentukan hubungan antar entitas dan metodenya yang disebut dengan diagram kelas (class diagram). Misal hubungan antara kelas petugas administrasi dan kelas jadwal dari use-case (fungsi) meng-update jadwal.
Dari diagram kelas inilah ia merancang diagram sekuensial (sequence diagram) untuk menjelaskan proses use-case secara lebih teknis dari inputan actor dan respon dari tiap kelas yang terkait.
Apabila semua diagram ini selesai dirancang, analis sistem dapat bernafas lega. Tugasnya kemudian beralih ke desain sistem untuk menguraikannya menjadi semakin detail agar semakin mudah nantinya diterjemahkan ke dalam baris kode program.
Namun, secara realita, tugas analis sistem tidak berhenti begitu saja. Banyak klien yang kemudian menambah atau mengubah lingkup software yang telah disepakati. Hal ini merupakan risiko dalam proyek pembuatan software. Perlu ketegasan dari manajer proyek sampai batas mana perubahan lingkup (scope creep) ini ditoleransi. Sebab, perubahan lingkup akan berpengaruh pada SDM, waktu, dan biaya.
Tugas Analis Sistem
Orang yang bertugas melakukan analisis software dikenal dengan analis sistem (system analyst). Perannya ibarat penerjemah, menerjemahkan kebutuhan bisnis menjadi diagram-diagram atau model yang dipahami oleh desainer sistem (system designer) dan programmer.
Bersama-sama dengan manajer proyek (project manager), analis sistem menggali apa saja fitur-fitur atau fungsi yang diperlukan oleh klien untuk membantu operasional perusahaannya. Ia mencari informasi proses bisnis apa saja yang akan berkaitan dengan software tersebut, siapa saja calon penggunanya, sistem dan teknologi apa saja yang telah berjalan di perusahaan tersebut dan isu teknologi yang akan digunakan oleh perusahaan tersebut. Hasil dari analisnya ini berupa proposal sistem (system proposal).
Diagram-Diagram yang Dihasilkan Analis Sistem
Saat ini software aplikasi untuk membantu proses analisis cukup banyak tersedia di pasaran, mulai dari yang komersial hingga open source (gratis dan bisa dikembangkan sendiri). Dengan software aplikasi ini analis dapat menggambarkan hubungan aktor (para pengguna) dan fungsi-fungsi dalam software yang akan dibuat. Hubungan ini lazim disebut diagram use-case.
Diagram berikutnya yang perlu dibuat yaitu diagram yang menggambarkan proses bisnis. Diagram ini dikenal dengan istilah diagram aktivitas (activity diagram). Semakin detail diagram aktivitas yang dibuat analis akan memudahkan programmer dan penguji (tester) nantinya.
Selanjutnya, analis software harus mendeskripsikan tiap use-case, mulai dari kondisi awal, prasayarat, urutan proses, hingga berbagai skenario apabila suatu proses bercabang atau gagal. Misalnya, apabila pengguna gagal melakukan login maka sistem kembali ke halaman utama.
Tugas sistem analis tidak berhenti di sini. Ia menentukan hubungan antar entitas dan metodenya yang disebut dengan diagram kelas (class diagram). Misal hubungan antara kelas petugas administrasi dan kelas jadwal dari use-case (fungsi) meng-update jadwal.
Dari diagram kelas inilah ia merancang diagram sekuensial (sequence diagram) untuk menjelaskan proses use-case secara lebih teknis dari inputan actor dan respon dari tiap kelas yang terkait.
Apabila semua diagram ini selesai dirancang, analis sistem dapat bernafas lega. Tugasnya kemudian beralih ke desain sistem untuk menguraikannya menjadi semakin detail agar semakin mudah nantinya diterjemahkan ke dalam baris kode program.
Namun, secara realita, tugas analis sistem tidak berhenti begitu saja. Banyak klien yang kemudian menambah atau mengubah lingkup software yang telah disepakati. Hal ini merupakan risiko dalam proyek pembuatan software. Perlu ketegasan dari manajer proyek sampai batas mana perubahan lingkup (scope creep) ini ditoleransi. Sebab, perubahan lingkup akan berpengaruh pada SDM, waktu, dan biaya.
